Pendahuluan Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma disingkat AMJLR adalah sebuah film Indonesia yang dirilis pada tahun 2019. Film ini disutradarai oleh Edo Putra dan dibintangi oleh Marcella Zalianty, Chicco Jerikho, dan Tara Basro. Film ini menceritakan tentang perjalanan seorang wanita bernama Maria yang ingin memenuhi janjinya kepada ibunya untuk membawa abunya ke Roma. Namun, perjalanan Maria tidaklah mudah karena dia harus menghadapi berbagai macam rintangan dan kesulitan. Kisah Cerita dimulai ketika Maria diperankan oleh Marcella Zalianty harus merawat ibunya yang sakit parah. Saat ibunya meninggal, Maria menemukan sebuah janji yang pernah ia buat dengan ibunya untuk membawa abunya ke Roma. Meski sebenarnya Maria tidak tahu apa arti dari Roma, tetapi dia bertekad untuk memenuhi janji tersebut. Maria pun memutuskan untuk memulai perjalanannya dengan berjalan kaki dari Jakarta ke Bali. Di tengah perjalanan, Maria bertemu dengan seorang pria bernama Joko diperankan oleh Chicco Jerikho yang juga sedang dalam perjalanan yang sama. Keduanya akhirnya saling membantu dan berjalan bersama-sama. Konflik Selama perjalanan, Maria dan Joko menghadapi berbagai macam rintangan dan kesulitan. Mereka harus melewati hutan yang berbahaya, bertemu dengan orang-orang yang tidak bersahabat, dan menghadapi cuaca yang ekstrem. Namun, mereka terus berjuang dan tidak menyerah. Selain itu, Maria dan Joko juga harus menghadapi konflik batin mereka sendiri. Maria merasa sedih dan tersiksa karena harus meninggalkan ibunya dan pergi jauh, sedangkan Joko merasa kecewa dengan hidupnya yang tidak kunjung membaik. Namun, mereka berdua saling menguatkan dan menemukan kekuatan dari dalam diri mereka sendiri. Klimaks Klimaks cerita terjadi ketika Maria dan Joko akhirnya sampai di Roma setelah melewati berbagai macam rintangan dan kesulitan. Namun, ketika mereka tiba di Roma, Maria merasa kecewa karena tidak menemukan apa yang dia cari. Ternyata, Roma bukanlah tempat yang dia bayangkan sebelumnya. Maria merasa sedih dan kecewa, tetapi Joko menghiburnya dan memberinya inspirasi untuk melihat keindahan dan makna dari tempat yang sebenarnya. Akhirnya, Maria menyadari bahwa perjalanan yang dia lakukan bukanlah hanya sekedar membawa abunya ke Roma, tetapi juga merupakan perjalanan untuk menemukan dirinya sendiri dan makna dari hidupnya. Kesimpulan Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma adalah sebuah film yang menginspirasi dan menyentuh hati. Ceritanya mengajarkan kita tentang kekuatan tekad dan semangat untuk menghadapi rintangan dan kesulitan dalam hidup. Selain itu, film ini juga mengajarkan kita untuk selalu mencari makna dan keindahan dari setiap perjalanan yang kita lakukan. Traveling
SinopsisNovel Di Bawah Lindungan Ka Bah; Sinopsis Novel Dear Nathan Beserta Unsur Intrinsiknya; Sinopsis Novel Dari Ave Maria Ke Jalan Lain Ke Roma; Sinopsis Novel Cinta Dalam Kardus; Sinopsis Novel Catatan Pendek Untuk Cinta Yang Pan Sinopsis Novel Ayat Ayat Cinta Beserta Unsur Intri Sinopsis Novel Air Mata Terakhir Bunda; Sinopsis67% found this document useful 3 votes5K views15 pagesCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?67% found this document useful 3 votes5K views15 pagesDari Ave Maria Ke Jalan Lain Ke RomaJump to Page You are on page 1of 15 You're Reading a Free Preview Pages 6 to 13 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
DariAve Maria ke Jalan Lain ke Roma di Tokopedia ∙ Promo Pengguna Baru ∙ Pasti Ori ∙ Garansi 7 Hari ∙ Cicilan 0% ∙ Kurir Instan.
Judul buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma No. ISBN 979-407-218-4 Penulis Idrus Penerbit Balai pustaka Cetakan 24 Tahun 2008 Halaman 172 Tebal buku 20,5 cm Abdullah Idrus 21 September 1921 – 18 Mei 1979 adalah penulis dari 5 novel, puluhan cerita pendek, dan beberapa naskah drama. Karena karyanya, penulis asal Sumatra Barat ini bahkan dikukuhkan oleh Jassin sebagai pelopor angkatan-45. Kehidupan susah terjadi di Jakarta, Surabaya, Plered, dan diseluruh pulau Jawa. Semua orang menengadahkan tangan ke langit, meminta rezeki dari Tuhan Yang Maha Kuasa , seperti Tuhan lupa memberi mereka rezeki. Setiap tahun padi menguning juga, beras digiling juga … Tuhankah yang salah? Sepenggal penutup dari salah satu cerpen berjudul “Jawa Baru” dalam buku “Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma” karangan Idrus membuat saya tertegun beberapa saat. Bak peramal, tulisan tahun 40-an itu bahkan masih relate dengan keadaan sekarang. “Dari Ave Maria ke Jalan lain ke Roma” berisikan sebelas cerita pendek dan sebuah naskah drama. Cerita cerita tersebut juga dibagi kedalam 3 bagian berdasarkan “corak” kepenulisan serta waktu kejadian didalam ceritanya. Yaitu, Zaman Jepang, corat coret dibawah tanah, dan sesudah 17 Agustus 1945. Pada bagian zaman Jepang yang terdiri atas satu cerpen dan satu drama ini, Idrus lebih menunjukkan sisi percintaan yang dibalut situasi pergerakan pemuda pada zamannya. Kita akan merasakan romantisme dalam kapsul waktu yang membawa kita ke 78 tahun lalu disaat saudara jauh bangsa ini mulai berdatangan. Salah satunya cerpen Ave Maria, berisikan tentang kebesaran hati Zulbahri, yang ikut pergerakan tanah air dan merelakan pujaan hatinya mencintai pria lain. “Teruskanlah lagu ave maria itu, lagu bahagiamu berdua” Baca jugaResensi 21+ Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas Pada bagian kedua yang berisi 7 cerita pendek, Idrus meninggalkan sisi romantisnya, dan pergi menjelajahi kelamnya kehidupan sehari-hari dimasa pendudukan Jepang. Imajinasi dikepala akan terpenuhi oleh bayang-bayang lingkungan kumuh, pribumi yang kekurangan gizi, tindakan represif aparat, korupsi pejabat, dan hal pahit lainnya. Tulisan ini sangat cocok sebagai titik tolak pembelajaran masa kini dimana pemuda diharapkan lebih menghargai jasa pendahulunya dimasa lalu. Proklamasi memang membawa angin segar bagi penduduk Indonesia, namun luka tak bisa sembuh dalam semalam. Di bagian ketiga buku ini, Idrus berkisah tentang keadaan Indonesia setelah 17 Agustus 1945. Kisah epik tentang kepahlawanan rakyat Surabaya terdapat di bagian ini. Membacanya akan merasa sedang berada di medan perang sesungguhnya. Selain itu, cerita favorit saya berada di bagian ini. Kisah sebuah celana pendek. Berisi tentang kemiskinan seorang opas atau penjaga kantor yang memakai celana pendek pemberian ayahnya dengan bangga sampai akhir hayatnya. Baca jugaResensi Buku Kata “tentang senja yang kehilangan langitnya” Pada masa sekarang, buku ini ibarat ukiran goa pada masa lampau negeri ini yang kita baca dan interpretasikan sebagai tonggak sejarah dan bukti pergerakan masyarakat akar rumput pada tanah airnya. Bagi saya, buku ini mengandung nilai sentimentil tertentu, didukung oleh penulisan dengan tata bahasa melayu modern, yang memang lazim digunakan pada zaman itu. Dan jika dibandingkan dengan karya tulis lain dengan tata bahasa yang sama, karya Idrus dalam buku ini lebih mudah dipahami. Namun, bagi saya, cerpen Surabaya memiliki alur yang sedikit njelimet dan terlalu panjang. Namun, hal itu tidak mengurangi nilai epik kisah kepahlawanan tersebut. Dan mungkin beberapa pembaca akan sedikit kesusahan dalam mengartikan kata kata arkais dalam cerita tersebut. Akhir kata, buku ini direkomendasikan untuk dibaca karena memiliki nilai-nilai positif yang dapat membuat pembaca lebih mensyukuri dan menghargai kehidupan sekarang. Penulis Daniel Simanjuntak Comments comments